Pembelajaran Seni Rupa pada pendidikan Dasar dan
Menengah
Added: Thursday, April 10th 2008 at 11:00am by artbloggue
Seni rupa merupakan hasil
interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk visual dan rabaan.
Seni rupa berperanan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan
manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni rupa dapat
menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki
kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna
tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan.
Seni rupa
dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kriya, dan desain. Jenis-jenis
seni rupa ini menunjukkan proses pembuatan dan bentuk karya yang dihasilkan,
serta nama pembuatnya, yaitu seniman, kriyawan, dan desainer. Seni murni
menekankan pada ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni
patung, dan seni grafis. Seni kriya menekankan pada keterampilan teknik
pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kriya fungsional dan nonfungsional.
Seni kriya menggunakan berbagai teknik dan media tertentu, misalnya kriya kayu,
kriya logam, dan kriya tekstil. Desain menunjukkan proses pembuatan karya yang
maksud dan tujuannya telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan
rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada
persyaratan-persyaratan tertentu. Seniman atau kriawan dapat bekerja secara
mandiri, sedangkan desainerbekerja untuk keperluan klien.
Pembelajaran
seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang
bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi
siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa
ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
Melalui
pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan
media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam
berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan
modern untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui
seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan
rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
Dalam
pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat
saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan
dengan pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis,
dan kriya. Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan
pembelajaran seni rupa murni, kriya, dan desain.
Materi
pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa.
Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau
makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi
yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi
pelajaran apresiasi seni pada pendidikan Dasar dan Menengah meliputi pengenalan
terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang
bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain
pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan
tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa
dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Pembahasan
konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni
murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan.
Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik
pembuatan karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan
pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain,
bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan
desain sebagai bidang profesi.
Berkarya
seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni
rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk
gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar,
mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki
gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu
dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial,
tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya
adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti
garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa perlu
diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk,
siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya
yang bersifat pribadi.
Dalam
kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya teman
atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis
kritis, meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang
dianalisis adalah gaya, teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui
kegiatan ini, siswa dapat mengasah keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran
kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan
terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap
karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni
rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik
(gerak). Pembelajaran kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami
makna-makna yang disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan
metafora.
Selain berkarya seni rupa,
materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya seni rupa. Materi
penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran di
lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran
adalah seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup
kegiatan pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan
evaluasi pameran. ( sumber
modul UT )
Menjajaki
Minat Seni Rupa Melalui Apresiasi Seni
Kamis, 22 September 2005 00:39:00
|
Berbagai upaya telah ditempuh guna meningkatkan wawasan seni khususnya seni
rupa, dalam menjajaki minat seni rupa melalui apresiasi seni. Usaha untuk
menjembatani kesenjangan komunikasi antara seniman pencipta),karya seni dan
masyarakat dapat dilakukan melalui pameran senirupa, pasar seni, diskusi seni
rupa, pembahasan surat kabar, majalah dan masih banyak lagi, namun sampai
sejauh mana minat masyarakat (awam, pelajar, senirupawan) dalam berkesenian ?
Seni merupakan ekspresi seniman (pencipta) dan hasil
karya seni merupakan cerminan daripada pengamatan dan perasaan yang tidak hanya
dinikmati oleh dirinya, karena seniman hidup diantara masyarakat. Oleh karena
itu haruslah dinikmati oleh masyarakat.
Melalui apresiasi senilah dapat dijajaki minat seni
rupa, disamping memperkenalkan karya seni ciptaan seniman dengan harapan dapat
memberi penghargaan selayaknya dan mereka dapat mengerti tentang proses
penciptaan karya seni.
Suatu persoalan lagi yang perlu diperhatikan, masih
banyak diantara masyarakat kita yang belum dapat menghargai seni maupun arti
yang sesungguhnya dari pendidikan kesenian (seni rupa). Hal ini merupakan salah
satu contoh bahwa taraf apresiasi masih kurang.
Masalah apresiasi seni penting artinya bagi
masyarakat. Juga bagu seniman. Masing-masing akan dapat memperoleh kepuasan
berupa kesenangan, kegembiraan dan lain-lain. Apabila hubungan antara seniman
dan masyarakat bisa akrab, maka masing-masing akan bergairah. Seniman akan
bergairah lagi dalam berkarya karena merasa dihargai karya-karyanya, begitu
pula masyarakat bergairah karena imajinasi dapat dijelmakan walaupun melalui
orang lain.
Dalam menjajaki minat seni rupa diperlukan kerja sama
yang baik bahwa seniman dan karyanya akan berkembang dengan semestinya apabila
mendapat dukungan masyarakat, sebaliknya dapat mengajak masyarakat ke arah
kreativitas dan sensitifitas (peka) melalui karyanya, namun sejauh mana peranan
apresiasi seni dalam menjajaki minat seni rupa?.
Sedikit uraian
Apresiasi dalam bahasa Inggris "appreciate"?
artinya menghargai atau penghargaan, penikmatan karya seni dengan adanya
pengertian yang baik. Aristoteles (filsuf Yunani) mengatakan, penikmatan
yang paling luhur adalah penikmatan intelektual, yaitu bahwa penikmatan seni
tidak cukup dengan mutu kerya semata-mata, tetapi dengan tinjauan seluk beluk
karya seni dibutuhkan sesuatu bekal kemampuan tertentu, yang didasari suatu
pengetahuan tentang seluk beluk karya seni.
Witherington dalam Education Psychology mengatakan bahwa
apresiasi ialah kesanggupan mengenal atau memahami suatu nilai yang terletak
dalam daerah nilai luhur, apresiasi adalah kesediaan untuk menerima terhadap
nilai tertentu dalam setiap fase kehidupan manusia. Dalam apresiasi berlaku
tindakan menyadari, menyeleksi bahkan rekreasi atau mencipta kembali.
Ciri-ciri rasa apresiasi
Apresiasi dalam pengajaran seni rupa adalah merupakan
wujud penerapan pendidikan estetika dengan kata lain pengalaman estetika
seseorang perlu dikembangkan, dan salurannya yang pas adalah kegiatan apresiasi
(dikutip oleh Muhajir Nadhiputro dalam Warta Scientia, Januari 1990). Lebih
lanjut ditegaskan bahwa melalui kegiatan ini kepekaan rasa (sensitivitas) ikut
berkembang pula dan pada gilirannya akan menghadiahkan seperangkat nilai sikap
yang sangat manusiawi kepada siswa. Kegiatan apresiasi adalah kegiatan yang
bersifat psikologis (oleh karenanya tidak nampak) tetapi daripadanya diharapkan
dapat membangun sikap atau perilaku siswa yang meskipun tak bersifat fisik
namun dapat diamati. Seyogyanyalah kegiatan apresiasi seni dalam peningkatannya
yang sempurna dimengerti sebagai penghayatan total, bukan hanya mengembangkan
rasa tetapi juga mengembangkan pikiran. Dalam pengajaran apresiasi tidak
bersifat pasif terlena dalam penikmatan rasa, akan tetapi bersifat aktif bahkan
kreatif. Bagi seorang apresiator yang sedang melakukan penghayatan, betapapun
juga tak cukup puas dengan kenikmatan rasa yang diperoleh dari karya seni
dihadapannya. Dia akan coba memahami dengan menafsir-nafsirkan makna dan
mencari nilai yang dikandung oleh karya seni tersebut untuk sampai pada suatu
penghargaan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya ciri-ciri rasa apresiasi dijelaskan lebih
lanjut oleh Primadi, ITB 1978 bahwa rasa apresiasi seseorang yang
dihadapkan pada suatu karya, berhubungan dengan ciri-ciri kreasi karya
tersebut, yang meliputi kejutan (surprise), empati, rasa betul-estetis,
simpati, rasa benar, etis, terpesona dan terharu.
Kejutan (Surprise)
Apabila kita terjadi rasa apresiasi kejutan saat berhadapan
dengan karya seni, maka ciri karya tersebut merupakan ciri pribadi penciptanya.
Kejutan tak cukup untuk menunjukkan mutu suatu karya, yang menunjukkan rasa
kejutan spontan hanya memancing kejutan saat jumpa pertama kali, tapi bisa
bosan setelah duatiga kali melihatnya.
Empati
Bila kejutan adalah jatuh cinta pertama pada suatu
karya seni , maka kita mengalami rasa apresiasi empati utama dan rasa seempati
biasa yaitu baru belakangan kita jatuh cinta setelah lama kenal.
Rasa-betul-estetis
Dalam apresiasi terhadap karya seni (seni rupa) rasa
betul estetis melalui proses rasionil, karena estetika dapat didekati sebagai
ilmu pengetahuan.
Simpati
Suatu karya seni selain membangkitkan rasa empati juga
rasa simpati yang berhubungan dengan etika atau isi pesan/conten suatu karya.
Simpati merupakan proses intuitif dan terjadi setelah kita mengamati karya
tersebut.
Rasa-benar-etis
Untuk mencapai rasa benar etis melalui proses
rasionil, dimana rasa apresiasi sebagai apresiator dapat mengerti jalan cerita
karya seni dan dapat menghayati suatu karya seni.
Terpesona
Pada umumnya empati muncul lebih dulu dari simpati,
dan apabila karya seni mampu membawa apresiator mencapai empati dan simpati,
maka karya tersebut akan segera membawa apresiator mencapai rasa apresiasi
terpesona yang merupakan penghayatan atas ciri karya seni
Terharu
Suatu karya seni yang mampu menyebabkan kita mencapai
puncak rasa apresiasi adalah rasa terharu, yaitu meleburnya rasa empati,
simpati terpesona menjadikan penghayatan secara total. Dari uraian tentang
apresiasi baik dalam pengajaran maupun ciri-ciri apresiasi dapatlah disimpulkan
bahwa apresiasi seni tidak hanya menghargai suatu karya seni akan tetapi
diperlukan suatu pengetahuan tentang seluk beluk karya seni rupa dan kepekaannya
terhadap nilai-nilai seni.
Dalam pengajaran seni rupa, untuk membangkitkan minat
senirupa bagi siswa tidak hanya merupakan kegiatan psikologis yang seolah-olah
tidak tampak tetapi mempunyai sifat aktif dan kreatif. Tumbuhnya minat seni
rupa melalui apresiasi seni sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri rasa apresiasi,
sehingga dapat kita jajaki sejauh mana minat terhadap seni rupa melalui
apresiasi seni.
Cara menjajaki minat seni rupa
Guna menjajaki minat seni rupa dapat ditempuh dengan
beragam cara antara lain :
Pameran seni rupa
Cara ini memungkinkan apresiator (publik) dapat
berdialog langsung dengan karya seniman, yang memungkinkan akan lebih tersentuh
rasa estetisnya karena berhadapan secara langsung. Dan apabila publik mempunyai
minat yang tinggi (kritis sekali), biasanya langsung dapat menanyakan kepada
seniman apa-apa yang dihasilkan. Hubungan timbal balik ini secara komunikatif
merupakan langkah yang dinamis dalam menjajaki minat seni rupa.
Pembahasan media massa
Melalui pembahasan surat kabar (koran) akan dapat
menjangkau ke seluruh pelosok tempat, yang mengulas kegiatan seni rupa dengan
demikian dapat mendidik apresiasi. Seringnya rubrik tentang seni rupa, maka
lambat laun minat masyarakat terhadap seni rupa dapat berkembang.
Berkurangnya minat seni rupa karena masih banyak
anggapan bahwa seni hanya dimengerti oleh orang-orang yang berbakat seni saja,
karenanya mereka bersikap acuh tak acuh dan karena itulah koran dapat dengan
mudah mendekati minat apresiasi secara umum.
Majalah
Ini sebenarnya sama saja dengan koran dan majalah
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu majalah biasa dan khusus. Adapun
majalah biasa hanya membahas secara sepintas kilas dan dalam uraiannya tidak
terlalu mendetail dikarenakan ruang kolom sangat terbatas.
Majalah khusus adalah mengupas secara khusus tentang
kesenian, mengomentari dan sebagainya seperti majalah Budaya, Horizon, Titian
dan lain-lainnya.
Buku-buku seni rupa
Buku-buku biasanya memuat masalah seni rupa
sejelas-jelasnya, baik mengenai biografi, kehidupan, latar belakang, gaya karya
seni, jensi, foto yang biasanya termuat secara lengkap. Buku-buku asing
sebaiknya diterjemahkan sehingga minat untuk membaca tidak kesulitan dan dapat
dimengerti.
Pasar seni
Pasar seni (Art Fair), pada umumnya disamping
dipamerkan karya seni dari seni murni dan terapan juga sekaligus menjual
barang-barang seni. Fungsi dari pasar seni ini disamping menonton dan membeli
karya seni juga mendidik apresiasi dan minat terhadap karya seni. Seperti
biasanya pasar seni ini lebih banyak dapat mengumpulkan penonton dari pada
pameran yang diselenggarakan di gedung tertentu, maka kegiatan pasar seni ini
sangat baik untuk menjajaki minat terhadap seni rupa. Dengan seringnya diadakan
pasar seni maka akan semakin mendekatkan antara seniman dan masyarakat.
Film seni rupa dan slide
Cara ini juga merupakan cara untuk menjajaki minat
terhadap seni rupa publik. Dengan memperkenalkan karya-karya seni rupa akan
lebih komunikatif melalui film atau slide karena hasilnya proyeksi bergerak
hidup dan slide gambarnya diam. Ada baiknya film dan slide ini diputar bagi
mereka yang masih kurang minatnya tentang seni rupa.
Diskusi seni rupa
Cara ini biasanya dilakukan setelah acara usai atau
dirancang secara khusus. Kegiatan diskusi ini biasanya kebanyakan dihadiri oleh
mereka yang intelek, sedangkan orang awam jarang terdapat disini. Dalam diskusi
ini lebih banyak memancing emosi dan minat, sehingga dapat menambah pengalaman
dari masing-masing peserta. Oleh karena diskusi seni rupa ini tempat berdebat
saling menjajaki kemampuannya yang memerlukan rasio, bahkan kadang-kadang
emosipun turut meledak.
Art centre, Gallery, Museum.
Ketiga tempat ini memungkinkan penonton dapat
menikmati setiap saat. Semuanya ini adalah tempat untuk berapresiasi tentang
seni rupa yang digelarkan.
Cara-cara tersebut sangat efektif guna menjajaki minat
masyarakat (publik, penonton) melalui apresiasi seni rupa.
Selain cara-cara tersebut di atas kiranya persoalan
yang tidak kalah penting adalah, memberikan motivasi dan rangsangan terhadap
minat dan apresiasi masyarakat mengenai seni rupa.
Sudah barang tentu didukung oleh keadaan ekonomi yang
seimbang, yang berarti sebagian kebutuhan fisik seperti sandang, pangan, papan
dan sebagainya makin terpenuhi. Kondisi ini akan di dukung adanya kebutuhan non
fisik
seperti menikmati, minat seni, memiliki karya seni dan
sebagainya.
Dari apa yang dijelaskan, dapatlah saya ajukan kesimpulan
sementara dalam menjajaki minat seni rupa melalui apresiasi seni bahwa
menjajaki (mengetahui sejauh mana) minat (hasrat, keinginan, kemauan, harapan)
terhadap seni rupa yang merupakan dorongan bathin (pribadi masyarakat publik).
Dalam menanggapi (mengapresiasi) karya seni rupa dipengaruhi oleh ciri-ciri
rasa apresiasi dan diperlukan cara-cara menjajaki minat seni rupa. Untuk
mengetahui sejauh mana minat terhadap seni rupa, akan makin meningkat perlu
dicari cara-cara apresiasi seni rupa ditingkatkan mutunya dan perlu diteliti
dahulu.
Bagaimana caranya mengetahui minat terhadap seni rupa,
dari lapisan masyarakat yang seperti apa, dimanakah sebenarnya kedudukan dan
peran seni rupa dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar